Perbandingan Budaya Aceh dan Kalimantan Selatan
Budaya
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang berarti budi
atau akal. Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta
diwariskan dari generasi ke generasi.
Indonesia memiliki suku yang sangat banyak. Hal itulah yang membuat Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam. Tentunya setiap daerah memiliki budaya masing-masing yang berbeda satu sama lain.
Pada postingan ini, saya ingin membandingkan budaya Aceh dengan budaya yang ada di Kalimantan Selatan.
Pakaian Adat
Itulah perbandingan budaya Aceh dengan budaya di Kalimantan Selatan. Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa Aceh dan Kalimantan Selatan memiliki budaya yang berbeda. Hal ini mungkin di karenakan beberapa faktor, seperti letak daerahnya, kondisi masyarakatnya dan lain sebagainya.
Sekian postingan kali ini, semoga bermanfaat.
Sumber :
Indonesia memiliki suku yang sangat banyak. Hal itulah yang membuat Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam. Tentunya setiap daerah memiliki budaya masing-masing yang berbeda satu sama lain.
Pada postingan ini, saya ingin membandingkan budaya Aceh dengan budaya yang ada di Kalimantan Selatan.
Pakaian Adat
Gambar yang di atas adalah pakaian adat Aceh, sedangkan gambar yang dibawahnya adalah salah satu pakaian adat Kalimantan Selatan yaitu Baamar
Galung Pancar Matahari. Sekilas kedua pakaian adat ini terlihat mirip. Namun terdapat banyak perbedaan di kedua pakaian adat tersebut.
Pakaian adat Aceh untuk laki-laki terdiri dari
baju meukasah yang terbuat dari hasil tenunan dan pada umumnya berwarna hitam.
Lalu untuk bawahannya disebut celana siluew/cekak musang, berupa celana panjang
berwarna hitam yang terbuat dari katun. Untuk menambah penampilan, celana siluew
dilengkapi dengan sarung dari kain yang terbuat dari songket berbahan sutra. Sedangkan untuk penutup kepalanya
disebut dengan meukotop, yaitu kopiah berbentuk
panjang ke atas yang dilengkapi dengan lilitan tangkulok.
Untuk perempuannya terdiri dari baju kurung, celana
cekak musang, penutup kepala dan juga perhiasan. Baju kurung ialah baju lengan panjang
dengan kerah dan juga motif sulaman dari benang emas yang memiliki ciri khas
tersendiri. Lalu untuk Celananya akan dililitkan dengan sarung sampai dengan
siku kaki. Bagian kepala akan ditutup menggunakan jilbab dan juga jerudung yang
diatasnya akan diberi bunga-bunga dengan berbagai macam pernik perhiasan,
seperti, gelang, kalung, tusuk sanggul dan lain sebagainya.
Sementara pakaian adat Kalimantan Selatan terdiri dari empat
dan salah satunya adalah Baamar Galung Pancar Matahari. Baju ini terbuat dari bahan beludru untuk mencerminkan kemewahan,
serta kaya akan aplikasi manik-manik dengan berbagai motif. Pakaian untuk
laki-laki berupa hiasan kepala dari bahan serupa, jas, celana panjang, dan
sarung pendek (sepanjang lutut). Sementara perempuan mengenakan amar (mahkota)
dari logam berwarna emas berbentuk dua naga berebutan mustika dan tumpukan
kembang goyang. Selain itu dipercantik dengan hiasan bunga serta ronce dari
kelopak mawar merah dan kembang melati yang menguncup. Bajunya berupa
atasan lengan pendek dengan hiasan sabuk berwarna emas, sedangkan bawahannya
menggunakan sarung dengan motif halilipan dan sisik naga.
Rumah Adat
Rumah adat Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat
Aceh dibuat dari kayu meranti dan berbentuk panggung. Mempunyai 3 serambi yaitu
Seuramoe Keu (serambi depan), Seuramoe Inong (serambi tengah) dan Seuramoe
Likot (serambi belakang). Selain itu ada pula rumah adat berupa lumbung padi
yang dinamakan Krong Pade atau Berandang.
Sedangkan rumah adat Kalimantan Selatan
dinamakan Rumah Banjar Bubungan Tinggi. Rumah Banjar Bubungan Tinggi mempunyai
atap tinggi. Bagian depan rumah berfungsi sebagai teras yang dinamakan pelatar,
tempat anggota keluarga bersantai. Rumah ini merupakan rumah panggung dan
dibawahnya dapat digunakan untuk menyimpan padi dan sebagainya. Seluruh rumah
terbuat dari kayu ulin dan atapnya dari sirap kayu ulin.
Tarian Menyambut Tamu
Tarian untuk menyambut tamu di Aceh dikenal dengan nama Ranup Lampuan. Tarian ini merupakan sebuah tarian tradisional di Aceh yang penarinya terdiri dari beberapa orang yang memakai pakaian khas Aceh dan diiringi oleh irama musik tradisional Aceh. Tamu biasanya disambut dengan penuh kehormatan dengan menyajikan sirih.
Sirih (dalam bahasa Aceh Ranup) yang di taruh di dalam Puan (wadah sejenis mangkuk) yang terbuat dari kuningan, pada akhir tarian di bagikan kepada tamu. Tarian ini juga biasanya di gelar pada acara atau event tertentu, misalnya kedatangan tamu negara, wisatawan dalam dan luar negeri. Bahkan menunggu Linto atau Dara Baro (pengantin laki-laki dan pengantin wanita) pada acara Resepsi pernikahan.
Sirih (dalam bahasa Aceh Ranup) yang di taruh di dalam Puan (wadah sejenis mangkuk) yang terbuat dari kuningan, pada akhir tarian di bagikan kepada tamu. Tarian ini juga biasanya di gelar pada acara atau event tertentu, misalnya kedatangan tamu negara, wisatawan dalam dan luar negeri. Bahkan menunggu Linto atau Dara Baro (pengantin laki-laki dan pengantin wanita) pada acara Resepsi pernikahan.
Sedangkan di Kalimantan Selatan, tarian untuk menyambut tamu dikenal dengan nama Tari Baksa Kembang. Tarian ini biasanya dimainkan oleh penari wanita sebagai penari tunggal atau bisa juga dengan berkelompok dengan syarat jumlah penari harus ganjil. Penari di balut dengan busana khas Tari Baksa Kembang.
Dalam tarian ini menggambarkan seperti putri - putri remaja yang cantik sedang bermain di taman bunga. Mereka memetik beberapa bunga yang kemudian di rangkai menjadi kembang bogam dan mereka bawa sambil menari. Dalam pertunjukannya, penari membawa sepasang kembang bogam, yaitu rangkaian kembang mawar, melati, kantil dan kenanga. Kembang bogam ini akan dihadiahkan kepada tamu yang datang setelah tarian selesai.
Tarian ini bisa kita temukan di berbagai acara penyambutan tamu, acara adat dan juga festival budaya di Kalimantan Selatan.
Itulah perbandingan budaya Aceh dengan budaya di Kalimantan Selatan. Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa Aceh dan Kalimantan Selatan memiliki budaya yang berbeda. Hal ini mungkin di karenakan beberapa faktor, seperti letak daerahnya, kondisi masyarakatnya dan lain sebagainya.
Sekian postingan kali ini, semoga bermanfaat.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar